2022

Buku Literasi Budaya Dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)

Buku Literasi Budaya Dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi
Nasional)
Buku Literasi Budaya Dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi
Nasional)
Berikut ini ialah berkas Buku Literasi Budaya dan Kewargaan yang merupakan salah satu Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional. Buku ini diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2017. Download file buku format PDF.

 Berikut ini ialah berkas Buku Literasi Budaya dan Kewargaan yang merupakan salah satu Ma Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)
Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)

Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional):

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Sejarah peradaban umat insan memperlihatkan bahwa bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang mempunyai peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia. Keberliterasian dalam konteks ini bukan hanya masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan juga yang lebih penting, bagaimana warga bangsa mempunyai kecakapan hidup supaya bisa bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk membuat kesejahteraan dunia. Dengan kata lain, bangsa dengan budaya literasi tinggi memperlihatkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga sanggup memenangi persaingan global.

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus bisa mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup era ke-21 melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, hingga dengan masyarakat. Penguasaan enam literasi dasar yang disepakati oleh World Economic Forum pada tahun 2015 menjadi sangat penting tidak hanya bagi penerima didik, tetapi juga bagi orang renta dan seluruh warga masyarakat. Enam literasi dasar tersebut meliputi literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.

Pintu masuk untuk mengembangkan budaya literasi bangsa ialah melalui penyediaan materi bacaan dan peningkatan minat baca anak. Sebagai bab penting dari penumbuhan kebijaksanaan pekerti, minat baca anak perlu dipupuk semenjak usia dini mulai dari lingkungan keluarga. Minat baca yang tinggi, didukung dengan ketersediaan materi bacaan yang bermutu dan terjangkau, akan mendorong pembiasaan membaca dan menulis, baik di sekolah maupun di masyarakat. Dengan kemampuan membaca ini pula literasi dasar berikutnya (numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan) sanggup ditumbuhkembangkan.

Untuk membangun budaya literasi pada seluruh ranah pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), semenjak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bab dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 wacana Penumbuhan Budi Pekerti. Layaknya suatu gerakan, pelaku GLN tidak didominasi oleh jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi digiatkan pula oleh para pemangku kepentingan, menyerupai pegiat literasi, akademisi, organisasi profesi, dunia usaha, dan kementerian/ lembaga lain. Pelibatan ekosistem pendidikan semenjak penyusunan konsep, kebijakan, penyediaan materi pendukung, hingga pada kampanye literasi sangat penting supaya kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan impian dan kebutuhan masyarakat. GLN diharapkan menjadi pendukung keluarga, sekolah, dan masyarakat mulai dari perkotaan hingga ke wilayah terjauh untuk berperan aktif dalam menumbuhkan budaya literasi.

Buku Peta Jalan, Panduan, Modul dan Pedoman Pelatihan Fasilitator, Pedoman Penilaian dan Evaluasi, dan Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional ini diterbitkan sebagai referensi untuk mewujudkan ekosistem yang kaya literasi di seluruh wilayah Indonesia. Penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada tim GLN dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini tidak hanya bermanfaat bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selaku pencetus dan pelakunya, tetapi juga bagi masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan dalam upaya membangun budaya literasi.

Jakarta, September 2017
Muhadjir Effendy

DAFTAR ISI
SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB 1 MENYIAPKAN GENERASI INDONESIA ABAD XXI
1.1 Tantangan dan Peluang

BAB 2 LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN SEBAGAI KECAKAPAN  HIDUP
2.1 Pengertian Literasi Budaya dan Kewargaan
2.2 Prinsip Dasar Literasi Kebudayaan dan Kewargaan
2.3 Indikator Literasi Budaya dan Kewargaan

BAB 3 GERAKAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN DI SEKOLAH
3.1 Sasaran Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Sekolah
3.2 Strategi Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Sekolah

BAB 4 GERAKAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN DI KELUARGA
4.1 Sasaran Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Keluarga
4.2 Strategi Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Keluarga

BAB 5 GERAKAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN DI MASYARAKAT
5.1 Sasaran Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Masyarakat
5.2 Strategi Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Masyarakat

BAB 6 PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA


BAB 1 MENYIAPKAN GENERASI INDONESIA ABAD XXI

1.1 Tantangan dan Peluang
Indonesia merupakan negara kepulauan. Sebanyak tujuh belas ribu lebih pulau besar dan kecil membentang dari Sabang di ujung barat hingga Merauke di ujung timur. Secara geografis, pulau-pulau di Indonesia tersebar dan dipisahkan oleh lautan dan selat. Letak pulau yang menyebar tersebut mengakibatkan bangsa Indonesia mempunyai bermacam-macam suku bangsa yang juga menghasilkan bermacam-macam bahasa, budaya, adat dan kebiasaan, bahkan agama dan kepercayaan. Tidak salah kalau semboyan bangsa Indonesia ialah Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.

Namun, apabila setiap warga negara yang mendiami wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia kurang mempunyai kesadaran atas keberagaman bangsanya, stabilitas nasional yang telah terbangun pun akan rusak. Tanpa adanya kesadaran akan keberagaman, tanpa adanya sikap saling menghormati dan menghargai terhadap individu dan kelompok yang berbeda, konflik antarpribadi dan antarkelompok akan bermunculan. Masyarakat akan gampang dipecah belah dengan kebencian dan prasangka hanya alasannya ialah tidak mengenal dan memahami keberagaman yang dimiliki oleh bangsanya.

Sebagai bab dari dunia internasional, negara Indonesia juga menjalin kerja sama dengan banyak sekali negara di dunia. Indonesia pun turut terlibat dalam kancah perkembangan dan perubahan global. Konsekuensinya ialah bangsa Indonesia terpaksa mendapatkan banyak sekali imbas global di segala bidang kehidupan: ekonomi, politik, bahasa, budaya, ideologi, bahkan gaya hidup. Jika tidak disikapi secara bijaksana, imbas global tersebut akan turut memengaruhi stabilitas nasional. 

Berdasarkan hal tersebut, bangsa Indonesia menghadapi dua bahaya yang berkaitan dengan stabilitas nasional. Yang pertama ialah keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan. Yang kedua ialah imbas global yang masuk sebagai akhir terbukanya negara Indonesia dalam kerja sama dan acara dunia.

Oleh alasannya ialah itu, kemampuan dalam memahami keberagaman, mendapatkan perbedaan, bisa beradaptasi, serta menyikapi keberagaman secara bijaksana menjadi sesuatu yang mutlak. Literasi terhadap dilema budaya dan kewargaan merupakan kecakapan yang patut dimiliki oleh seluruh warga negara Indonesia pada era ke-21.

Pentingnya Literasi Kebudayaan dan Kewargaan
Indonesia mempunyai keberagaman dalam hal suku bangsa, bahasa, budaya, adat dan kebiasaan, bahkan agama dan kepercayaan. Selain itu, sebagai bab dari dunia global, Indonesia juga menerima imbas budaya dari banyak sekali negara sebagai dampak dari korelasi kerja sama yang dibangun. Akibatnya, keberagaman yang sudah ada, yang dibawa oleh tiap-tiap suku bangsa di Indonesia menjadi semakin kompleks dengan masuknya imbas global.

Kemampuan untuk memahami keberagaman dan tanggung jawab warga negara sebagai bab dari suatu bangsa merupakan kecakapan yang patut dimiliki oleh setiap individu di era ke-21 ini. Oleh alasannya ialah itu, literasi budaya dan kewargaan penting diberikan di tingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat. Literasi budaya dan kewargaan tidak hanya menyelamatkan dan mengembangkan budaya nasional, tetapi juga membangun identitas bangsa Indonesia di tengah masyarakat global.


BAB 2 LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN SEBAGAI KECAKAPAN HIDUP 

2.1 Pengertian Literasi Budaya dan Kewargaan
Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan ialah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian, literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bab dari suatu budaya dan bangsa.

Literasi budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting untuk dikuasai di era ke-21. Indonesia mempunyai bermacam-macam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial. Sebagai bab dari dunia, Indonesia pun turut terlibat dalam kancah perkembangan dan perubahan global. Oleh alasannya ialah itu, kemampuan untuk mendapatkan dan beradaptasi, serta bersikap secara bijaksana atas keberagaman ini menjadi sesuatu yang mutlak.

2.2 Prinsip Dasar Literasi Kebudayaan dan Kewargaan

Budaya sebagai Alam Pikir melalui Bahasa dan Perilaku
Bahasa kawasan dan tindak laris yang bermacam-macam menjadi kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Budaya sebagai alam pikir melalui bahasa dan sikap berarti budaya menjadi jiwa dalam bahasa dan sikap yang dihasilkan oleh suatu masyarakat. Bahasa kawasan dan tindak laris yang bermacam-macam menjadi kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. 

Misalnya, melalui ungkapan dalam bahasa Jawa memayuhayuningbawono kita mengenal falsafah hidup bahwa insan harus bisa menjaga lingkungan hidupnya. Ungkapan tersebut tidak hanya mempunyai arti filosofis, tetapi juga menyiratkan bahwa sikap manusianya merupakan bab dari suatu budaya.

Kesenian sebagai Produk Budaya
Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dihasilkan oleh suatu masyarakat. Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar tentunya menghasilkan banyak sekali bentuk kesenian dari banyak sekali kawasan dengan membawa ciri khas kebudayaan dari wilayahnya masing-masing. Berbagai macam bentuk kesenian yang dihasilkan oleh setiap kawasan di Indonesia harus dikenalkan kepada masyarakat terutama generasi muda supaya mereka tidak tercerabut dari akar budayanya dan kehilangan identitas kebangsaannya.

Kewargaan Multikultural dan Partisipatif
Indonesia mempunyai bermacam-macam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial. Dengan kondisi menyerupai ini, dibutuhkan suatu masyarakat yang bisa berempati, bertoleransi, dan bekerja sama dalam keberagaman. Semua warga masyarakat dari banyak sekali lapisan, golongan, dan latar belakang budaya mempunyai kewajiban dan hak yang sama untuk turut berpartisipasi aktif dalam kehidupan bernegara.

Nasionalisme
Kesadaraan akan kebangsaan ialah hal penting yang harus dimiliki oleh setiap warga negara. Dengan kecintaan terhadap bangsa dan negaranya, setiap individu akan bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku dan menjunjung tinggi martabat bangsa dan negaranya.

Inklusivitas
Di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang beragam, pandangan dan perayaan inklusivitas sangat berperan untuk membangun kesetaraan warga. Terbangunnya sikap inklusif akan mendorong setiap anggota masyarakat untuk mencari keuniversalan dari budaya gres yang dikenalnya untuk menyempurnakan kehidupan mereka. 

Pengalaman Langsung
Untuk membangun kesadaran sebagai warga negara, pengalaman eksklusif dalam bermasyarakat ialah sebuah laris yang besar artinya untuk membentuk ekosistem yang saling menghargai dan memahami.

2.3 Indikator Literasi Budaya dan Kewargaan

Sekolah

Basis Kelas
  1. Jumlah training wacana literasi budaya dan kewargaan untuk kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan;
  2. Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran; dan
  3. Jumlah produk budaya yang dimiliki dan dihasilkan sekolah.

Basis Budaya Sekolah
  1. Jumlah dan variasi materi bacaan bertema budaya dan kewargaan;
  2. Frekuensi peminjaman buku bertemakan budaya dan kewargaan di perpustakaan;
  3. Jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan budaya;
  4. Terdapat kebijakan sekolah yang sanggup mengembangkan literasi budaya dan nillai-nilai kewargaan sekolah;
  5. Terdapat komunitas budaya di sekolah;
  6. Tingkat ketertiban siswa terhadap hukum sekolah;
  7. Tingkat toleransi siswa terhadap keberagaman yang ada di sekolah; dan
  8. Tingkat partisipasi aktif siswa dalam kegiatan di sekolah.

Basis Masyarakat
  1. Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi budaya dan kewargaan; dan
  2. Tingkat keterlibatan orang renta dan masyarakat dalam mengembangkan literasi budaya
  3. dan kewargaan 

Keluarga

Budaya
  1. Jumlah dan variasi materi bacaan literasi budaya yang dimiliki keluarga;
  2. Frekuensi membaca materi bacaan literasi budaya dalam keluarga setiap hari;
  3. Jumlah bacaan literasi budaya yang dibaca oleh anggota keluarga;
  4. Jumlah training literasi budaya yang aplikatif dan berdampak pada keluarga;
  5. Jumlah kegiatan kebudayaan yang diikuti anggota keluarga;
  6. Tingkat kunjungan keluarga ke tempat yang bernilai budaya (rumah adat, museum, keraton, dan lain-lain);
  7. Tingkat pemahaman keluarga terhadap nilai-nilai budaya;
  8. Jumlah kegiatan kebudayaan yang diikuti anggota keluarga; dan
  9. Jumlah produk budaya yang dimiliki keluarga.

Kewargaan
  1. Jumlah dan variasi materi bacaan literasi kewargaan yang dimiliki keluarga;
  2. Frekuensi membaca materi bacaan literasi kewargaan dalam keluarga setiap harinya;
  3. Jumlah bacaan literasi kewargaan yang dibaca oleh anggota keluarga;
  4. Jumlah training literasi kewargaan yang aplikatif dan berdampak pada keluarga; dan
  5. Intensitas waktu bersama keluarga untuk berdiskusi, berkomunikasi, dan berbagi.

Masyarakat

Budaya
  1. Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan literasi budaya yang dimiliki setiap desa;
  2. Meningkatnya frekuensi membaca materi bacaan literasi budaya setiap hari;
  3. Meningkatnya jumlah materi bacaan literasi budaya yang dibaca oleh masyarakat setiap hari;
  4. Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan materi bacaan;
  5. Meningkatnya jumlah kemudahan publik yang mendukung literasi budaya;
  6. Meningkatnya jumlah kegiatan literasi budaya yang ada di masyarakat;
  7. Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi budaya;
  8. Meningkatnya jumlah training literasi budaya yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat;
  9. Meningkatnya jumlah kegiatan budaya di masyarakat;
  10. Meningkatnya jumlah produk budaya yang dimiliki dan dihasilkan oleh masyarakat; dan
  11. Meningkatnya penggunaan bahasa kawasan di suatu daerah.

Kewargaan
  1. Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan literasi kewargaan yang dimiliki setiap desa;
  2. Meningkatnya frekuensi membaca materi bacaan literasi kewargaan setiap hari;
  3. Meningkatnya jumlah materi bacaan literasi kewargaan yang dibaca oleh masyarakat setiap hari;
  4. Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan materi bacaan;
  5. Meningkatnya jumlah kemudahan publik yang mendukung literasi kewargaan;
  6. Meningkatnya jumlah kegiatan literasi budaya kewargaan yang ada di masyarakat;
  7. Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi kewargaan;
  8. Meningkatnya jumlah training literasi kewargaan yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat;
  9. Meningkatnya ketertiban masyarakat terhadap hukum di suatu daerah;
  10. Meningkatnya toleransi masyarakat terhadap keberagaman di suatu daerah;
  11. Meningkatnya ketersediaan susukan informasi dan layanan publik; dan
  12. Menurunnya angka kejahatan di masyarakat. 

BAB 3 GERAKAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN DI SEKOLAH 

3.1 Sasaran Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Sekolah

Basis Kelas
  1. Meningkatnya jumlah training wacana literasi budaya dan kewargaan untuk kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan;
  2. Meningkatnya intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran; dan
  3. Meningkatnya jumlah produk budaya yang dimiliki dan dihasilkan sekolah.

Basis Budaya Sekolah
  1. Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan bertema budaya dan kewargaan;
  2. Meningkatnya frekuensi peminjaman buku bertemakan budaya dan kewargaan di perpustakaan;
  3. Meningkatnya jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan budaya;
  4. Terdapat kebijakan sekolah yang sanggup mengembangkan literasi budaya dan nillai-nilai kewargaan sekolah;
  5. Terdapat komunitas budaya di sekolah;
  6. Meningkatnya ketertiban siswa terhadap hukum sekolah;
  7. Meningkatnya toleransi siswa terhadap keberagaman yang ada di sekolah;
  8. Meningkatnya partisipasi aktif siswa dalam kegiatan di sekolah; dan
  9. Meningkatnya penggunaan bahasa kawasan di lingkungan sekolah. 

Basis Masyarakat
  1. Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi budaya dan kewargaan; dan
  2. Meningkatnya keterlibatan orang renta dan masyarakat dalam mengembangkan literasi budaya dan kewargaan.

3.2 Strategi Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Sekolah

Penguatan Pelaku/Aktor/Fasilitator

1. Bengkel Kreatif Berbahasa Daerah
Bengkel kreatif ialah sarana paling penting untuk mendorong budaya tulis dan siswa yang literat di sekolah. Di bengkel kreatif, siswa akan mengeluarkan talenta dan minatnya menjadi karya konkret di bidang lisan, tulisan, audio, dan visual. Siswa sanggup memanfaatkan saranadigital sebagai sarana belajar, sumber belajar, dan publikasi karya.

2. Residensial
Residensial ialah sebuah acara yang membawa siswa ke suatu komunitas/masyarakat dalam beberapa waktu dengan tujuan mengetahui proses bermasyarakat, berproses, dan berkarya. Siswa akan tinggal bersama masyarakat dan mengalami eksklusif sebuah penyesuaian hidup sebagai pengalaman otentik. Pada akhirnya, siswa sanggup menuangkan pengalamannya dalam bentuk goresan pena dan laris kreatif lainnya.

3. Pengenalan Ketahanan Negara
Ketahanan negara ialah pondasi besar di dalam mempertahankan hidup yang kondusif dan damai. Oleh alasannya ialah itu, siswa perlu diperkenalkan materi ketahanan negara atau bela negara dengan menghadirkan unsur TNI, kepolisian, pemerintah, kelompok agama, perkumpulan pemuda, pramuka, dan komunitas literasi. Beragam unsur tersebut akan memperkaya sudut pandang siswa dalam mempersepsikan ketahanan negara. 

4. Pelatihan Guru dan Tenaga Kependidikan
Pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan bertujuan untuk memperkaya pengetahuan dalam mengaplikasikan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran. Mengintegrasikan kecakapan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran bertujuan untuk membentuk karakter siswa supaya sanggup memahami, menghormati, menghargai, serta melindungi kebudayaan dan kesatuan bangsa.

5. Pelatihan Pembuatan Permainan Edukatif
Dewasa ini, pembelajaran di kelas mengharuskan guru untuk mengasah kemampuan dan kreativitas mereka dalam mengajar. Dalam hal ini, guru dituntut untuk membuat permainan edukatif di dalam kelas. Literasi budaya dan kewargaan sanggup diaplikasikan dalam bentuk permainan-permainan tradisional, menyerupai engklek atau congklak.

6. Forum Diskusi bagi Warga Sekolah
Forum diskusi bagi warga sekolah wacana literasi budaya dan kewargaan sanggup dilaksanakan dikala atau sesudah apel pagi, sebelum pelajaran berlangsung, atau dikala menjelang jam istirahat. Tujuannya untuk memperkaya pemahaman dan meningkatkan kesadaran warga sekolah wacana literasi budaya dan kewargaan.

Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu

1. Penyediaan Bahan Bacaan dan Alat Peraga di Perpustakaan
Penambahan materi bacaan literasi dalam banyak sekali bentuk sumber berguru serta penyediaan alat peraga bertema budaya dan kewargaan di perpustakaan perlu ditingkatkan. Bahan bacaan bertemakan budaya dan kewargaan, misalnya, sanggup disediakan dalam bentuk salinan lunak.

2. Pemanfaatan TIK
Tidak sanggup disangkal, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat besar kiprahnya bagi kehidupan. TIK sanggup menjadi sarana efektif sebagai sumber berguru siswa. 

3. Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah
Jika buku ialah jendela dunia, maka perpustakaan ialah gudang ilmu. Siswa harus memanfaatkan perpustakaan supaya koleksinya sanggup termanfaatkan dan siswa mendapatkan ilmunya.

4. Program Menulis Buku
Menulis buku wacana literasi budaya dan kewargaan bagi warga sekolah secara tidak eksklusif sanggup membantu siswa memperkaya materi bacaan. Selain itu, menulis wacana literasi budaya dan kewargaan juga merupakan salah satu cara untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan kewargaan.

5. Pengayaan Bahan Cerita Lokal dan Nasional
Siswa perlu diperkenalkan bacaan lokal dan nasional. Bacaan lokal penting supaya siswa mengetahui karya sastra kawasan yang dilahirkan nenek moyangnya dan juga para penulis yang hidup pada masa kini. Penting bagi siswa untuk mengetahui nilai dan pesan yang bersumber dari wilayahnya sendiri. Sementara itu, materi dongeng nasional juga tidak kalah penting bagi siswa untuk mengenali keanekaragaman kisah dari banyak sekali penjuru tanah air. Cerita nasional sanggup bersumber dari dongeng kawasan dari kawasan lain atau dongeng terkini (sastra modern) yang dihasilkan sastrawan Indonesia.

Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan

Peserta Belajar

1. Pemanfaatan TIK
Tidak sanggup disangkal, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berperan sangat besar dalam kehidupan. TIK sanggup menjadi sarana efektif sebagai sumber berguru siswa.

2. Pengembangan Sarana Penunjang Pembentuk Ekosistem Kaya Literasi
Penyediaan sarana penunjang yang memadai merupakan salah satu upaya penting untuk menunjang keberhasilan penerapan literasi budaya dan kewargaan. Contohnya, dengan menambah jumlah museum atau memperbaiki tempat bersejarah. 

3. Pengoptimalan Perpustakaan
Jika buku ialah jendela dunia, maka perpustakaan ialah gudang ilmu. Siswa harus memanfaatkan perpustakaan supaya koleksinya sanggup termanfaatkan dan siswa mendapatkan ilmunya.

4. Penyediaan Sudut Baca di Kelas
Sudut baca kelas ialah wujud konkret adanya gerakan literasi di sekolah. Semakin hidup sebuah sudut baca kelas, semakin garang proses berliterasi di kelas. Buku yang ada di rak, selain bersumber dari sekolah, juga sanggup bersumber dari siswa, bahkan masyarakat. Koleksinya sanggup dimanfaatkan untuk kegiatan membaca selama lima belas menit dan sebagai materi acara literasi siswa.

5. Penyelenggaraan Open House
Pelaksanaan kunjungan ke sekolah yang sudah mengembangkan literasi budaya dan kewargaan memberi manfaat bagi sekolah lainnya untuk mengeksplorasi dan memperkaya informasi terkait dengan literasi budaya dan kewargaan.

6. Program Pengimbasan Sekolah
Program pengimbasan bertujuan untuk meningkatkan jumlah sekolah dan penerima berguru yang terlibat dan menerapkan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran sehari-hari. Hal ini juga bertujuan untuk menjamin peningkatan mutu pada sekolah-sekolah yang disasar.

Perluasan dan Penguatan Pelibatan Publik

1. Mendatangkan Pelaku Seni ke Sekolah
Mendatangkan pelaku seni ke sekolah ialah menghadirkan eksklusif para pekarya di tengah siswa. Maknanya ialah seniman sanggup eksklusif berbicara kepada siswa mengenai proses dan cara berkarya. Selain itu, seniman sanggup berkarya eksklusif di hadapan siswa. Siswa pun sanggup menikmati dan terlibat dalam proses berkarya tersebut. Seniman yang dimaksud, antara, lain penyair, novelis, dramawan, pelukis, pemusik, dalang wayang, fotografer, dan sutradara film. 

2. Membuat Festival Seni Pelajar
Ajang ini menjadi sarana eksklusif untuk mempertunjukkan hasil kreativitas siswa. Berbagai karya literasi sanggup ditampilkan atau dipamerkan pada pekan raya seni tersebut. Karya tulis dan seni panggung sanggup diperkenalkan. Misalnya, pembacaan puisi karya siswa, pameran karya tulis, musikalisasi puisi, diskusi, dan pementasan seni lainnya.

3. Melibatkan Kegiatan Kepramukaan
Banyak siswa yang menjadi anggota pramuka. Organisasi pramuka melibatkan banyak unsur sehingga sangat heterogen dan terbuka. Menghadirkan kegiatan kepramukaan atau melibatkan siswa dalam acara pramuka ialah bentuk penghadiran publik bagi sekolah.

4. Merayakan Momen Penting/Hari Nasional
Perayaan hari-hari penting, menyerupai Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, dan Festival Budaya merupakan praktik baik dalam menumbuhkembangkan pemahaman dan kesadaran bagi warga sekolah wacana budaya dan nilai-nilai sejarah sebagai wujud praktik kewargaan yang baik.

5. Mengadakan Kegiatan Bulan Literasi Budaya dan Kewargaan
Kegiatan menyerupai Bulan Literasi Budaya dan Kewargaan merupakan bab dari pembiasaan berliterasi bagi warga sekolah yang bertujuan menjadi pembiasaan sepanjang hayat.

6. Menyelenggarakan Bedah Buku
Bedah buku bertema literasi budaya dan kewargaan memperlihatkan manfaat bagi para pembaca untuk memperdalam pengetahuan wacana satu topik tertentu, berpikir kritis wacana informasi yang tertuang di buku, dan menjadi suatu bentuk apresiasi bagi penulis.

7. Pelibatan Pemangku Kepentingan
Pelibatan semua pemangku kepentingan (pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia perjuangan dan industri, serta pemerhati kebudayaan dan kewargaan) dalam rangka pengembangan literasi budaya dan kewargaan di sekolah sanggup dilakukan dalam banyak sekali bentuk. Misalnya, dengan membuat lokakarya (workshop) yang berkaitan dengan peninggalan sejarah, kelas bahasa, atau kesenian tradisional yang hampir punah kepada warga sekolah.

8. Menyelenggarakan Festival Literasi Budaya dan Kewargaan di Sekolah
Festival ini merupakan agresi tindak lanjut dari keterlibatan para pemangku kepentingan. Peserta pekan raya literasi budaya dan kewargaan bisa merupakan salah satu penerima acara pengimbasan sekolah.

Penguatan Tata Kelola

1. Pembentukan Tim Literasi Sekolah
Tim literasi sekolah terdiri atas kepala sekolah, pengawas, guru, dan wakil orang renta penerima didik dengan kiprah memantau berjalannya kegiatan-kegiatan literasi di sekolah.

2. Pembuatan Kebijakan Sekolah
Adanya kebijakan sekolah yang menyatakan pentingnya literasi budaya dan kewargaan akan memengaruhi keberhasilan penerapan literasi budaya dan kewargaan yang ada di sekolah.

3. Penguatan Peran Komite Sekolah
Komite sekolah sanggup memperlihatkan dukungan dalam kelancaran penerapan literasi budaya dan kewargaan di sekolah. Untuk membangun korelasi kerja sama dan komitmen di dalam kegiatan literasi, komite sekolah sanggup memperkaya korelasi dengan pihak luar dalam hal membantu pelibatan publik. 

BAB 4 GERAKAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN DI KELUARGA 

4.1 Sasaran Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Keluarga

Tujuan dari penguatan budaya literasi budaya dan kewargaan di keluarga,khususnyabagianak-anak,adalahuntukmenumbuhkembangkan pemahaman terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa dan memperkaya kemampuan dalam memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara mulai dari usia dini. Peran orang renta juga sangat penting dalam mengarahkan dan membimbing anak untuk memahami nilai-nilai kebudayaan dan kewargaan yang ada disekitar lingkungan tempat tinggalnya.

Sasaran dalam literasi kebudayaan dan kewargaan dalam keluarga ialah anggota keluarga bisa memahami kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa dan memperkaya kemampuan dalam memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
  • Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan literasi budaya dan kewargaan yang dimiliki keluarga;
  • Meningkatnya jumlah frekuensi membaca materi bacaan literasi budaya dan kewargaan dalam keluarga setiap hari;
  • Meningkatnya jumlah partisipasi anggota keluarga dalam acara yang mendukung penerapan literasi budaya dan kewargaan, menyerupai kunjungan keluarga ke rumah adat, museum, keraton, keikutsertaan dalam pemilihan umum, dan lain-lain;
  • Meningkatnya pemahaman keluarga terhadap nilai-nilai budaya dan kewargaan; dan
  • Intensitas waktu bersama keluarga untuk berdiskusi, berkomunikasi, dan mengembangkan perihal literasi budaya dan kewargaan. 

4.2 Strategi Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Keluarga

Strategi pengembangan literasi kebudayaan dan kewargaan di keluarga dimulai dari orang renta yang memperlihatkan contoh dan praktik baik sehingga sanggup menjadi teladan bagi anak dan anggota keluarga lainnya. Orang renta harus membuat lingkungan sosial yang komunikatif dan interaktif dalam keluarga khususnya dengan anak sehingga membantu pemahaman anak terhadap fenomena sosial yang berkaitan dengan literasi budaya dan kewargaan. Langkah selanjutnya dalam taktik pengembangan ialah mengenalkan materi dasar yang diberikan kepada anggota keluarga, yaitu ayah, ibu, dan anak.

Penguatan Pelaku

1. Penyuluhan wacana Literasi Budaya dan Kewargaan
Penguatan literasi kebudayaan dan kewargaan untuk orang renta sanggup dilakukan melalui penyuluhan, seminar, atau training wacana cara sehat memakai internet. Orang renta diajarkan memakai situs yang kondusif yang bisa dipakai oleh anak, diajarkan wacana cara memakai media umum dengan bijaksana, cara memaksimalkan penggunaan internet dalam mencari informasi, pengetahuan, dan sebagainya.

2. Pembiasaan Menggunakan Bahasa Daerah
Bahasa kawasan ialah jembatan kebudayaan yang merupakan alat penghubung dalam keluarga dan identitas kawasan asal bagi keluarga tersebut. Bahasa kawasan sanggup dijadikan media penghubung antargenerasi sebelumnya dengan generasi kini untuk menyiapkan generasi yang akan tiba dengan jati diri yang kokoh dan menghargai serta besar hati akan warisan leluhurnya. Kelebihan bahasa kawasan ialah adanya tingkatan-tingkatan bahasa yang secara tidak eksklusif mengajarkan praktik baik wacana tata krama. Orang muda dituntut untuk bersikap sopan dan menghormati orang yang lebih tua.

3. Pengenalan Nilai-Nilai Budaya Lokal dan Nasional dalam Keluarga
Masuknya budaya global dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak terhindarkan. Akan tetapi, lingkungan keluarga sebagai sentra semaian pengenalan nilai-nilai budaya sanggup memaksimalkan fungsinya dengan memperkenalkan nilai-nilai budaya dan kewargaan, baik yang lokal maupun nasional.

4. Pengenalan Anggota Keluarga terhadap Tradisi dan Adat
Pengenalan tradisi dan adat kepada anggota keluarga merupakan modal ketahanan budaya yang sanggup memperkuat karakter dan jati diri bangsa. Kegiatan pengenalan ini sanggup dimulai dengan internalisasi nilai tradisi dan adat melalui permainan tradisional dan dongeng rakyat.

Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu

1. Penyediaan Buku Bacaan
Peningkatan jumlah dan ragam materi bacaan bertema kebudayaan dan kewargaan dalam bentuk koran, majalah, buku, atau materi dalam bentuk salinan lunak yang sanggup diakses melalui komputer maupun gawai.

2. Pemanfaatan Media Digital
Kehadiran media digital yang memperlihatkan susukan yang tidak berbatas bagi anggota keluarga sanggup dipakai untuk mencari informasi yang berkaitan dengan budaya dan kewargaan serta untuk memperkaya pengetahuan wacana nilai-nilai kebudayaan. Akan tetapi, penggunaan media digital untuk mengakses informasi oleh bawah umur memerlukan adanya pengarahan dan pendampingan oleh orang tua. Anak membutuhkan dukungan dalam menganalisis dan memahami informasi yang mereka peroleh.

3. Kunjungan ke Tempat-Tempat Bernilai Budaya dan Sejarah
Pengenalan budaya atau sejarah sanggup dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat wisata yang bernilai budaya dan sejarah, menyerupai rumah adat, museum, dan keraton. Hal ini membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman anggota keluarga wacana kekayaan bangsa dan identitas bangsa. 

Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar dan Cakupan Peserta Belajar

1. Pemanfaatan Fasilitas Rumah
Pemanfaatan kemudahan rumah untuk tampilan-tampilan literasi budaya dan kewargaan sanggup dilakukan dengan memaksimalkan tampilan rumah dengan barang-barang yang berlatar belakang budaya atau nilai sejarah yang tinggi, menyerupai lukisan, instalasi kain-kain tradisional, dan lain-lain.

2. Penyediaan Fasilitas atau Tampilan-Tampilan Literasi Budaya dan Kewargaan di Ruang Publik
Tampilan literasi budaya dan kewargaan di ruang publik sanggup diterapkan dengan cara menggantung foto/poster presiden, wakil presiden, pahlawan, dan pemangku kepentingan. Simbol-simbol kenegaraan, menyerupai Burung Garuda dan Pancasila sanggup menjadi opsi lain untuk tampilan di ruang publik.

3. Pengikutsertaan Anggota Keluarga dalam Kegiatan Literasi Budaya dan Kewargaan
Keterlibatan anggota keluarga dalam kegiatan yang berafiliasi dengan literasi budaya dan kewargaan sanggup menambah wawasan dan pemahaman wacana nilai budaya dan kewargaan yang ada di sekitar kita.

Perluasan dan Penguatan Publik

1. Penyelenggaraan Kegiatan Literasi Budaya dan Kewargaan
Penyelenggaraan kegiatan literasi budaya dan kewargaan dalam keluarga dan masyarakat sanggup berupa kegiatan menonton film yang mengandung nilai budaya dan sejarah secara bantu-membantu atau mengadakan lokakarya (workshop) memasak makanan ringan manis dan makanan tradisional oleh ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal.

2. Pelibatan Orang Tua
Pelibatan orang renta dalam kegiatan literasi budaya dan kewargaan di sekolah sanggup dilakukan dengan memaksimalkan fungsi komite sekolah. Kegiatan yang dilaksanakan sanggup berupa pekan raya seni yang melibatkan orang renta atau kunjungan-kunjungan wisata yang dihadiri oleh penerima didik dan orang tua.

Penguatan Tata Kelola

1. Intensitas Waktu Bersama Keluarga
Mengintensifkan waktu bersama keluarga sanggup dilakukan dengan membiasakan keluarga untuk berdiskusi, berkomunikasi, dan mengembangkan informasi antaranggota keluarga mengenai budaya dan kewargaan. Secara tidak eksklusif hal ini akan membangun pemahaman terkait dengan literasi budaya dan kewargaan. Sesama anggota keluarga juga sanggup bertukar pendapat dan memverifikasi kebenaran informasi yang didapat. Orang renta sanggup mengarahkan anggota keluarga untuk menarik simpulan dikala diskusi berlangsung.

2. Alokasi Dana untuk Kegiatan Literasi Budaya dan Kewargaan
Alokasi dana keluarga sanggup dimanfaatkan untuk mengunjungi museum, tempat-tempat wisata budaya, atau mengikuti lokakarya (workshop) berbayar terkait literasi budaya dan kewargaan. Tujuan dari melaksanakan kunjungan atau menghadiri lokakarya tersebut ialah untuk memperkaya informasi dan menambah pemahaman terkait dengan literasi budaya dan kewargaan. 

BAB 5 GERAKAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN DI MASYARAKAT 

5.1 Sasaran Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Masyarakat
Penerapan literasi budaya dan kewargaan di masyarakat sangat penting. Saat ini menumbuhkembangkan pemahaman dan sikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa dan memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara merupakan salah satu upaya untuk membentengi generasi muda dari kuatnya arus budaya global yang masuk ke Indonesia.

Tujuannya ialah mengedukasi masyarakat dalam meningkatkan kesadaran dan memahami nilai-nilai budaya dan kewarganegaraan bangsa ini.
  • Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan literasi kewargaan yang dimiliki kemudahan publik;
  • Meningkatnya partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan materi bacaan;
  • Bertambahnya jumlah kemudahan publik yang mendukung penerapan literasi budaya dan kewargaan di masyarakat;
  • Meningkatnya jumlah kegiatan literasi budaya dan kewargaan yang ada di masyarakat;
  • Meningkatnya jumlah pengguna bahasa kawasan di suatu daerah; dan
  • Menurunnya angka kejahatan yang ada di masyarakat. 

5.2 Strategi Gerakan Literasi Budaya dan Kewargaan di Masyarakat

Penguatan Pelaku

1. Penguatan Kapasitas Pegiat Literasi dan Pengelola TBM
Penguatan kapasitas pegiat literasi dan pengelola TBM sanggup dilakukan melalui training dan festival. Pelatihan bagi pegiat literasi di masyarakat bertujuan untuk memperkaya pemahaman dalam mengaplikasikan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran. Mengintegrasikan kecakapan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran bertujuan untuk membentuk karakter siswa yang memahami, menghormati, menghargai, serta melindungi kebudayaan dan kesatuan bangsa.

2. Pendampingan Pelaku Seni
Pemahaman dan pelestarian budaya sangat bergantung pada pelaku seni yang terus berkarya. Pendampingan pelaku seni bertujuan supaya para pelaku seni berjejaring dan mendapatkan susukan pertunjukan. Akses yang diberikan kepada pelaku seni mempunyai kegunaan untuk memperkenalkan karya mereka kepada masyarakat.

3. Penyuluhan untuk Pencegahan Radikalisme
Penyuluhan untuk mencegah radikalisme dan disintegrasi yang sanggup dilakukan melalui penanaman nilai-nilai Pancasila di masyarakat. Bentuk penyuluhan sanggup berupa lokakarya (workshop) pengenalan nilai-nilai budaya, sejarah, dan lain-lain kepada anggota karang taruna.

Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu

1. Akses Bahan Bacaan di Perpustakaan Komunitas Terdekat
Perpustakaan menjadi salah satu jantung pengetahuan di masyarakat. Penambahan materi bacaan literasi dalam banyak sekali bentuk sumber berguru perlu ditingkatkan. Misalnya, menyediakan materi bacaan bertemakan kebudayaan dan kewargaan, menyediakan materi bacaan dalam bentuk salinan lunak, dan menyediakan alat peraga sebagai sumber berguru budaya dan kewargaan. 

2. Media Digital sebagai Sumber Belajar
Memaksimalkan fungsi internet, telelvisi, dan lain-lain sebagai sumber berguru yang terkini dengan pembatasan sesuai dengan kesepakatan di antara masyarakat.

3. Kunjungan ke Tempat Bersejarah dan Bernilai Budaya Lokal
Kunjungan masyarakat ke tempat bersejarah dan bernilai budaya lokal sanggup dibiasakan pada dikala hari libur. Selain sebagai ajang rekreasi, sumber berguru di masyarakat, menyerupai museum, candi, dan lain-lain sanggup dioptimalkan untuk menambah pengetahuan masyarakat. Hiburan lain yang juga bermanfaat untuk mengenalkan budaya ialah pertunjukan seni tradisi dan film nasional yang berkualitas.

4. Permainan Tradisional, Olahraga Rakyat, serta Latihan Seni dan Budaya Lokal
Pengenalan permainan tradisional, olahraga rakyat, serta latihan seni dan budaya lokal merupakan taktik penting untuk meningkatkan pemahaman anak wacana budaya kawasan yang harus dilestarikan supaya sanggup diwariskan kepada generasi muda di masa yang akan datang.

5. Penerjemahan Bahan Penunjang Literasi Budaya dan Kewargaan
Tidak sedikit buku-buku yang berkaitan dengan literasi budaya dan kewargaan Indonesia ditulis oleh warga negara asing. Untuk menambah pengetahuan masyarakat Indonesia, buku-buku tersebut perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar

1. Penyediaan Pojok Baca di Tempat Umum
Pojok baca di tempat umum ialah wujud konkret adanya gerakan literasi di masyarakat. Semakin hidup sebuah pojok baca, semakin garang proses berliterasi di lingkungan tersebut. Buku yang ada di rak baca, selain bersumber dari masyarakat, juga sanggup bersumber dari pemerintah dan bantuan dari pemangku kepentingan di lingkungan sekitar. Koleksi pojok baca di tempat umum sanggup dimanfaatkan oleh masyarakat yang sedang menggunakan, beraktivitas, atau yang sedang menunggu seseorang di tempat tersebut.

2. Penyediaan Fasilitas Umum Bertema Literasi Budaya dan Kewargaan
Fasilitas umum yang mendukung literasi budaya dan kewargaan sebaiknya gampang dijangkau oleh masyarakat. Fasilitas ini sanggup berupa bioskop keliling yang memutar film-film bertema budaya atau sejarah.

3. Sosialisasi Sumber Belajar Daring
Sumber berguru daring bermanfaat bagi masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari kemudahan umum, tetapi sudah dilengkapi dengan jaringan telekomunikasi yang baik. Sumber berguru daring sanggup memaksimalkan kemudahan jaringan telekomunikasi ini untuk mengunduh buku dongeng rakyat, lagu kebangsaan, dan lain-lain sebagai bab dari ekspansi susukan terhadap sumber belajar.

Perluasan dan Penguatan Publik

1. Penulisan Kembali Kebudayaan dan Sejarah Lokal
Saat ini banyak kawasan yang mulai menghilang nilai budaya dan sejarahnya alasannya ialah tidak ada rekam jejak dalam bentuk tulisan. Sejarah atau nilai budaya biasanya hanya diceritakan secara turun- temurun. Oleh alasannya ialah itu, penulisan kembali nilai-nilai budaya dan sejarah sangat diperlukan.

2. Pelibatan Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi sanggup dilibatkan dalam program-program penelitian dan dedikasi masyarakat untuk meningkatkan jumlah sarana dan kemudahan pendukung bermuatan baca tulis serta untuk mengembangkan kesadaran dan kecakapan budaya dan kewargaan di masyarakat.

3. Kerja Sama dengan Publik
Publik termasuk pegiat pendidikan, BUMN, DUDI, LSM, dan banyak sekali komunitas dilibatkan dalam mengembangkan literasi budaya dan kewargaan.

Penguatan Tata Kelola

1. Pengintegrasian Kegiatan Masyarakat
Pengintegrasian kegiatan masyarakat dalam banyak sekali kegiatan literasi kebudayaan dan kewargaan bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pemahaman literasi kebudayaan dan kewargaan.

2. Pengalokasian Anggaran Khusus
Alokasi anggaran ini diperuntukkan bagi training dan pendampingan masyarakat untuk pelatihan, kampanye sosialisasi, pengembangan materi, materi bacaan, dan kegiatan masyarakat berbasis dan bermuatan literasi kebudayaan dan kewargaan.

3. Pemanfaatan Komunikasi dan Jaringan Antarsesama Pegiat TBM
Jaringan komunikasi yang besar lengan berkuasa sanggup memperkaya informasi terkait dengan literasi budaya dan kewargaan. Selain itu, jaringan antarsesama pegiat bisa mendukung penerapan literasi budaya dan kewargaan, yaitu dengan mengembangkan praktik baik di tiap-tiap TBM.

4. Pemanfaatan Jaringan Donasi Buku Kemendikbud dan Forum TBM
Jaringan bantuan buku Kemdikbud dan lembaga TBM bermanfaat untuk menambah ragam bacaan atau sumber berguru yang sanggup didistribusikan ke banyak sekali tempat. 

BAB 6 PENUTUP

Literasi budaya dan kewargaan merupakan salah satu kecakapan hidup yang dibutuhkan pada era ke-21. Kecakapan ini akan melahirkan bangsa yang berkualitas, yang pada risikonya bisa memperlihatkan identitasnya di dunia internasional. Pengenalan, penerapan, dan peningkatan terhadap kecakapan literasi budaya dan kewargaan harus dilakukan secara berkelanjutan dengan melibatkan seluruh warga sekolah, keluarga, dan masyarakat yang dalam penerapannya diadaptasi dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Materi pendukung literasi budaya dan kewargaan ini diharapkan sanggup menjadi contoh bagi perumusan kegiatan literasi budaya dan kewargaan yang bermacam-macam dan kontekstual.

    Download Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional) ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)



    Download File:
    Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional).pdf

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Literasi Budaya dan Kewargaan (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional). Semoga bisa bermanfaat.
    Advertisement