2022

Buku Guru Prakarya Smp Mts Kelas 9 K13 Revisi 2018

Buku Guru Prakarya Smp Mts Kelas 9 K13 Revisi 2018
Buku Guru Prakarya Smp Mts Kelas 9 K13 Revisi 2018
Berikut ini yaitu berkas Buku Guru Prakarya Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018. Download file format PDF.

 Berikut ini yaitu berkas Buku Guru Prakarya Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas  Buku Guru Prakarya Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018
Buku Guru Prakarya Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018

Buku Guru Prakarya Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Guru Prakarya Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018:

Rasional
Sejarah Prakarya di Indonesia dimulai dari kegiatan nonformal yang bersinggungan dengan tradisi lokal yang memuat sistem budaya, teknologi lokal, serta nilai-nilai kehidupan sosial. Oleh karenanya, penataan pelajaran Prakarya pada Kurikulum 2013 berjalan mengikuti perubahan serta berpijak pada perkembangan IPTEK yang mendasarkan pada budaya lokal. Hal ini diajukan alasannya yaitu kekuatan local genius dan local wisdom masih unggul dan menjadi sistem nilai kerja pada setiap kawasan sebagai potensi lokal.

Konteks pendidikan kearifan lokal, pelajaran Prakarya berbasis budaya, diselenggarakan pada tingkat awal. Konten pendidikan Prakarya dari kearifan lokal berupa pendidikan: (1) tata nilai, sumber etika, dan moral dalam kearifan lokal, sekaligus sebagai sumber pendidikan aksara bangsa, (2) teknologi sempurna guna yang masih relevan dikembangkan untuk menumbuhkan semangat pendidikan keterampilan proses produksi, dan (3) materi kearifan lokal. 

Dasar pembelajaran berbasis budaya ini diharapkan sanggup menumbuhkan nilai �kearifan lokal� dan �jati diri� sehingga tumbuh semangat kemandirian, kewirausahaan, dan kesediaan melestarikan potensi dan nilai-nilai kearifan lokal. Hal ini didasari pada kondisi nyata bahwa dampak kuat budaya luar masih perlu menerima perhatian terhadap budaya siswa.

Pelajaran Prakarya juga memperhatikan wawasan pasar, dengan mendasarkan pada prinsip pendidikan dan latihan (diklat). Hal ini sesuai dengan impian Inpres No. 6 tahun 2009 wacana Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan, Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, dan Belajar Aktif dan Naturalistik dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual. IsiInstruksi Presiden tersebut menyangkut kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif untuk periode 2009-2015, yakni pengembangan kegiatan ekonomi menurut pada kreativitas, keterampilan, dan talenta individu untuk membuat daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai hemat dan besar lengan berkuasa pada kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Tantangan pelajaran Prakarya dalam menghadapi dilema internal dan eksternal dibutuhkan keterpaduan: (1) pemahaman nilai tradisi dan kearifran lokal serta teknologi sempurna guna, (2) adopsi sistem produksi dengan teknologi dasar, serta (3) mendasarkan wawasan pembinaan dengan kewirausahaan. Dasar keterampilan yang menjadi rujukan pengembangan adalah: rekayasa, pengolahan, kebijaksanaan daya, dan kerajinan. Secara garis besar, pelajaran Prakarya diharapkan memperhatikan: (1) pendidikan budaya dan aksara bangsa sebagai bab integral yang tak terpisahkan dari pendidikan nasional, (2) pendidikan budaya dan aksara bangsa yang dikembangkan secara komprehensif sebagai proses pembudayaan, (3) fasilitasi pendidikan dan kebudayaan secara kelembagaan perlu diwadahi secara utuh, (4) pendidikan budaya dan aksara bangsa sebagai tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, sekolah dan orangtua, dan (5) revitalisasi pendidikan dan budaya aksara bangsa dalam menggugah semangat kebersamaan.

Kewirausahaan yaitu proses dinamis antara visi yang ingin dicapai dengan perubahan lingkungan dan kemampuan berkreasi untuk menyelaraskan visi dan perubahan lingkungan. Proses dinamis tersebut perlu didorong oleh energi dan hasrat yang tinggi untuk menemukan ide-ide gres dalam memecahkan setiap dilema yang timbul selama proses harmonisasi.

Kewirausahaan pada mata pelajaran Prakarya di SMP/MTs arah pembelajarannya lebih kepada memfasilitasi siswa menyebarkan diri dengan kecakapan hidup (life skill) dan diarahkan pada pembentukan aksara kewirausahaan dengan menyebarkan sikap, pengetahuan dan penumbuhan nilai-nilai kewirausahaan. Pembentukan nilai-nilai aksara kewirausahaan ini dimulai dari penyelarasan antara kemampuan dan kesukaan dengan minat dan motif berwirausaha dengan tujuan melatih koordinasi otak dengan keterampilan teknis. Selain itu, pengembangan keterampilan diarahkan kepada teknologi sempurna guna dengan mengganti bahan, bentuk serta keteknikan kepada pemenuhan prakarya family/home skill dan life skill dengan berbasis pada potensi/konteks lokal (kearifan lokal) setempat.

Tujuan
Mata pelajaran Prakarya secara umum dirancang dengan tujuan membekali siswa semoga mampu:  
  1. Mengembangkan kreativitas melalui pembuatan produk berupa kerajinan, rekayasa, kebijaksanaan daya, dan pengolahan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Mengembangkan kreati? tas melalui: mencipta, merancang, memodi?kasi (menggubah), dan merekonstruksi menurut pendidikan teknologi dasar, kewirausahaan, dan kearifan lokal.
  3. Melatih kepekaan rasa peserta didik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk menjadi inovator dengan mengembangkan: rasa ingin tahu, rasa kepedulian, rasa mempunyai bersama, rasa keindahan, dan toleransi.
  4. Membangun jiwa sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan inovatif peserta didik yang berkarakter: jujur, bertanggungjawab, disiplin, dan peduli.
  5. Menumbuh kembangan berpikir teknologis dan estetis: cepat, tepat, cekat serta estetis, ekonomis, dan praktis.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Prakarya mempunyai 4 aspek, yaitu:
  1. Kerajinan; Kerajinan sanggup dikaitkan dengan kerja tangan yang alhasil merupakan benda untuk memenuhi tuntutan kepuasan pandangan: estetika - ergonomis, dengan simbol budaya, kebutuhan tata upacara dan kepercayaan (theory of magic and relligy), dan benda fungsional yang dikaitkan dengan nilai pendidikan pada mekanisme pembuatannya. Lingkup ini sanggup menggali dari potensi lokal dan seni terap (applied art), desain kekinian (modernisme dan postmodernisme).
  2. Rekayasa; Rekayasa terkait dengan beberapa kemampuan: merancang, merekonstruksi, dan membuat benda produk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dengan pendekatan pemecahan masalah. Sebagai contoh: rekayasa penyambungan balok kayu untuk membuat susunan (konstruksi) kerangka atap rumah, harus dilakukan dengan prinsip ketepatan semoga susunan rumah tidak gampang runtuh. Lingkup ini memerlukan kesatuan pikir dan kecekatan tangan membuat susunan mengarah kepada: berpikir kreatif, praktis, efektif, ketepatan, dan hemat serta berpikir prediktif.
  3. Budi Daya; Budi daya berpangkal pada cultivation, yaitu suatu kerja berusaha untuk menambah, menumbuhkan, dan mewujudkan benda atau makhluk hidup semoga lebih besar/tumbuh, dan berkembangbiak, bertambah banyak. Kinerja ini membutuhkan perasaan seolah dirinya pembudi daya. Prinsip pembinaan rasa dalam kinerja kebijaksanaan daya ini akan memperlihatkan hidup pada tumbuhan atau hewan, namun dalam bekerja dibutuhkan sistem yang berjalan rutin atau prosedural. Manfaat edukatif teknologi kebijaksanaan daya ini yaitu pembinaan perasaan, pembinaan kemampuan memahami pertumbuhan dan menyatukan dengan alam (ecosystem) menjadi peserta didik yang berpikir sistematis menurut potensi kearifan lokal.
  4. Pengolahan; Pengolahan artinya membuat, membuat materi dasar menjadi benda produk jadi, semoga sanggup dimanfaatkan. Pada prinsipnya kerja pengolahan yaitu mengubah benda mentah menjadi produk jadi pangan yang mempunyai nilai tambah melalui teknik pengelolaan seperti: mencampur, mengawetkan, dan memodi? kasi, sehingga menghasilkan produk pengolahan pangan. Manfaat edukatif teknologi pengolahan bagi pengembangan kepribadian peserta didik yaitu pembinaan rasa yang sanggup dikorelasikan dalam kehidupan sehari-hari, sistematis yang dipadukan dengan pikiran serta prakarya.

Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan aksara setiap siswa sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk menyebarkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin usang semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia.

Pembelajaran pada mata pelajaran Prakarya menyiapkan siswa untuk mengenal potensi yang ada di daerahnya, sehingga sanggup menyebarkan cinta tanah air dan nasionalisme, serta sanggup berperan aktif selaku warga masyarakat, warga negara dan warga dunia untuk bertanggungjawab menyebarkan kearifan lokal Indonesia. Pembelajaran Prakarya di sekolah yaitu perjuangan untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat, dan sempurna melalui acara kerajinan dan teknologi rekayasa, teknologi kebijaksanaan daya dan teknologi pengolahan. Prakarya dalam pembelajaran, karya yang dihasilkan dengan tangan mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menuntaskan kiprah dengan cekat, cepat, dan tepat. Kata cekat mengandung makna tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dari sudut pandang karakter, bentuk, sistem dan sikap obyek yang diwaspadai. Di dalamnya terdapat unsur kreati? tas, keuletan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan (adversity) serta kecakapan menanggulangi permasalahan dengan tuntas. Istilah cepat merujuk kepada kecakapan mengantisipasi perubahan, mengurangi kesenjangan, kekurangan (gap) terhadap masalah, maupun obyek dan memproduksi karya menurut sasaran waktu terhadap keluasan materi, maupun kuantitas sesuai dengan sasaran yang ditentukan. Kata sempurna memperlihatkan kecakapan bertindak secara presisi untuk menyamakan bentuk, sistem, kualitas maupun kuantitas dan sikap karakteristik obyek atau karya. Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup insan di masyarakat. Siswa melaksanakan interaksi terhadap karya produk kerajinan dan teknologi yang ada di lingkungannya, untuk berkreasi membuat banyak sekali jenis produk kerajinan maupun produk teknologi, sehingga diperoleh pengalaman perseptual, pengalaman apresiatif, dan kreativitas dari potensi lingkungan.

Agar sanggup memperoleh pengalaman pembelajaran Prakarya yang apresiatif dan kreatif sanggup diaplikasikan dengan memakai pendekatan sainti?k untuk memfasilitasi siswa dalam menyebarkan kemampuan ber?kir logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif. Pendekatan sainti?k (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan), didukung oleh beberapa pendekatan inovatif lainnya, ibarat model pembelajaran berbasis penemuan/penelitian (discovery learning), model pembelajaran berbasis kasus (problem-based learning), model pembelajaran berbasis project (project-based learning), di mana ketiga model tersebut dalam pelaksanaannya didukung oleh banyak sekali metode belajar. Antara lain metode kolaborasi, metode mencar ilmu individu, metode teman sebaya, metode mencar ilmu sikap, metode permainan, metode mencar ilmu kelompok, ataupun metode mencar ilmu mandiri. Semua model pembelajaran dan metode mencar ilmu tersebut sanggup mengaktifkan peserta didik.

Adapun, dalam menentukan model pembelajaran untuk mata pelajaran Prakarya hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut ini.
  1. Kesesuaian dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar.
  2. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
  3. Materi/konten pembelajaran.
  4. Karakteristik peserta didik (tingkat kematangan, perbedaan individu).
  5. Ketersediaan sarana dan prasarana (media, alat, dan sumber belajar).
  6. Kemampuan guru dalam sistem pengelolaan dan pengaturan lingkungan belajar.
Sebagai contoh, kalau proses pembelajaran ditekankan pada pengenalan dan pemahaman sangat awal, maka model pembelajaran berbasis penemuan/penelitian (discovery learning) lebih sempurna diambil.

Ketika pembelajaran dimaksudkan untuk mengenali suatu kasus secara khusus, maka pilihan model pembelajaran berbasis kasus (problem based learning) lebih ditekankan. Sedangkan, apabila tujuan pembelajarannya yaitu semoga peserta didik mencapai kapasitas penguasaan pengetahuan dalam praktek secara umum, maka kombinasi ketiga model diperlukan.

Proses pembelajaran sebagai proses penanaman sikap spiritual dan sosial dilaksanakan secara tidak eksklusif (indirect teaching) dan eksklusif (direct teaching). Secara tidak eksklusif melalui keteladanan dan budaya sekolah, secara eksklusif melalui pembiasaan, kedisiplinan pengerjaan tugas, diskusi, dan kerja sama kelompok.

Model-model pembelajaran tersebut umumnya akan menghasilkan majemuk lembar kerja yang merupakan hasil bukti mencar ilmu (Evidence Based Practice) yang sanggup dipakai sebagai materi evaluasi hasil mencar ilmu peserta didik. Adapun, Guru sebagai pendidik dan fasilitator hendaknya mengasah kreativitasnya dalam memakai suatu model pembelajaran dan mempersiapkan secara matang, sehingga pembelajaran aktif dengan pendekatan sainti?k sanggup berjalan dengan baik. 

Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan materi kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran wacana potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman siswa terhadap potensi di kawasan tempat tinggalnya. Sesuai dengan Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum tahun 2013, bahwa mata pelajaran Seni Budaya, Prakarya dan Pendidikan Jasmani dan Olah Raga Kesehatan termasuk dalam Kelompok B.

Artinya dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum mata pelajaran tersebu mengakomodasi konten-konten kearifan lokal. Hal ini sesuai dengan arah pengembangan konten mata pelajaran Prakarya yang berpijak pada kekuatan budaya lokal yang menjadi sistem nilai kerja dan potensi lokal di setiap daerah, semoga sanggup menumbuhkan dan menyebarkan kearifan lokal, nilai jati diri lokal dan kemandirian wirausaha. 

Dapat dikatakan Kurikulum Prakarya telah terintegrasi secara eksklusif dengan muatan lokal. Dengan karakteristik kurikulum Prakarya dan Kewirausahaan ibarat demikian, sanggup menjadi sarana konservasi dan pengembangan budaya dan kearifan lokal, sehingga budaya tersebut terjaga kelestarian dan peluang untuk pengembangannya tetap terbuka melalui forum pendidikan.

Media dan Sumber Belajar 
Media pembelajaran secara umum yaitu alat bantu proses mencar ilmu mengajar. Segala sesuatu yang sanggup dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan atau ketrampilan siswa sehingga sanggup mendorong terjadinya proses mencar ilmu dikenal dengan media pembelajaran. Proses Belajar Mengajar yaitu sebuah proses komunikasi antara siswa, pengajar, dan materi ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa pemberian sarana penyampai pesan atau media. Keberhasilan memakai media pembelajaran dalam proses pembelajaran yaitu membantu meningkatkan hasil mencar ilmu yang tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik akseptor pesan. Dengan demikian, dalam menentukan dan memakai media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut bisa disampaikan dalam media pembelajaran, tentunya akan memperlihatkan hasil yang maksimal. Sumber mencar ilmu yaitu semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang sanggup dipakai oleh siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan mencar ilmu atau mencapai kompetensi tertentu. Dengan demikian, sumber mencar ilmu yaitu segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun terkombinasikan. Sebagai contoh sumber lingkungan yaitu situasi/suasana sekitar dimana pesan disampaikan (lingkungan sosial, alam, dan budaya).

Contohnya pasar, sentra kerajinan, tempat kuliner, dan bengkel. Berdasarkan uraian di atas, sanggup disimpulkan bahwa fungsi media mencar ilmu dan sumber mencar ilmu yaitu membangun pemahaman dari pengalaman mencar ilmu secara eksklusif dengan mengaktifkan banyak indra insan sehingga lebih gampang dipahami siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Dale yang membuat piramida pembelajaran dan membagi dua bab yaitu pembelajaran aktif dan pembelajaran pasif.

Media dan sumber mencar ilmu pada mata pelajaran Prakarya mempunyai peranan penting semoga tercapai penguasaan kompetensi dasar dalam penguasaan pengetahuan yang berorientasi praktik untuk pengembangan keterampilan dan menumbuhkan sikap religius dan sopan santun sosial. Pemilihan media dan sumber mencar ilmu harus diubahsuaikan dengan desain pembelajaran dan model pembelajaran serta kaitannya dengan materi-materi pokok sebagaimana terdapat dalam silabus. Guru perlu menganalisis media apa yang cocok untuk melaksanakan proses pembelajaran tersebut. Pemilihan terhadap media perlu dianalisis terlebih dahulu sebelum menentukan pilihan jenis medianya.

Pemanfaatan media dan sumber mencar ilmu terkait dengan rancangan pembelajaran, khususnya pertimbangan antara metode, model pembelajaran serta materi pelajaran yang semuanya diikat oleh tujuan pembelajaran.

Secara garis besar sanggup dijelaskan sebagai berikut.
  1. By Design, media dan sumber mencar ilmu yang direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan desain dan tujuan pembelajaran sehingga sanggup membantu kemudahan dalam proses pembelajaran. Contoh: - Belajar di perpustakaan yang sudah dirancang sebelumnya di dalam pembelajaran; sebagian Kompetensi Dasar dalam silabus bisa dijelaskan dan dihubungkan dengan beberapa buku atau arsip yang lain. - Belajar di dunia industri, dunia perjuangan atau tempat pertokoan untuk melihat dan mengamati hasil/produk kerajinan, rekayasa, kebijaksanaan daya maupun pengolahan. - Belajar di lapangan atau lahan pertanian, melalui proposal mencar ilmu ?eld study.
  2. By Utilization, media dan sumber mencar ilmu yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran, namun sanggup ditemukan, diterapkan dan dipakai untuk keperluan belajar.

Jenis ini dipakai secara eksklusif atau improvisasi oleh guru. Secara garis besar isi sumber ini berupa:
  • Pasar kerajinan, tanaman, permainan anak, kuliner ringan manis atau toko makanan. Guru mengajak siswa tanpa direncanakan awalnya, tetapi kemudian dikembangkan alasannya yaitu terdapat hubungan materi dengan objek/media atau sumber belajar.
  • Peristiwa pameran: kerajinan, rekayasa, tanaman, unggas atau sejenisnya, kuliner hasil olahan dan pengeringan sanggup dijadikan media dan sumber belajar.
  • Dami atau pracetak karya rekayasa, kerajinan atau sejenisnya sanggup difungsikan untuk media dan sumber belajar.
  • Dapat juga media dan sumber mencar ilmu muncul dikala melaksanakan metoda karya wisata mengunjungi lokasi industri, atau dunia usaha.
Guru memberi contoh sekaligus berfungsi sebagai media dan sumber belajar. Media dan sumber mencar ilmu sebagai aspek perjuangan yang sanggup mendukung proses belajar, hendaknya direncanakan sebelumnya, didesain dan dipilih maupun dikombinasikan sehingga menjadi suatu sistem instruksional yang lengkap dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

Di samping itu, pada mata pelajaran Prakarya ada media dan sumber mencar ilmu yang juga sanggup berfungsi sebagai alat praktek, atau sebagai sarana yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran. Misalnya: kawasan yang menjadi sasaran dalam kaitan pemberdayaan masyarakat, ilustrasi gambar, diagram, dan sebagainya dengan lebih banyak memanfaatkan sarana teknologi komunikasi dan informasi, ibarat teknologi visual kalau di dalam kelas, atau media massa, media elektronik, teknologi informasi dikala praktek lapangan.

Guru diharuskan menentukan dalam menentukan media dan sumber mencar ilmu yang akan dipergunakan sesuai kebutuhan. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menentukan media dan sumber mencar ilmu antara lain:
  1. Menganalisis materi pembelajaran yang akan dibelajarkan;
  2. Menganalisis strategi, pendekatan, dan metode yang akan digunakan;
  3. Menganalisis kesiapan faktor pendudkung pembelajaran;
  4. Menganalisis alokasi waktu yang tersedia;
  5. Menganalisis efektivitas media dalam memberikan pesan belajar;
  6. Membuat media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dibelajarkan dan bisa merangsang minat peserta didik untuk terampil bertanya; dan
  7. Media dan sumber mencar ilmu yang dipilih hendaknya lebih bersifat nyata atau sanggup memperlihatkan misi pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Pemilihan dan penggunaan media dan sumber mencar ilmu hendaknya semaksimal mungkin mempertimbangkan perkembangan dan kemajuan tekonologi informasi dan komunikasi untuk menunjang proses pembelajaran.

Guru sanggup melaksanakan observasi untuk menentukan jenis media dan sumber mencar ilmu yang sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa buku teks pelajaran bukan merupakan sumber pembelajaran satu-satunya, tetapi merupakan sumber pembelajaran utama untuk mencapai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti.

Penilaian
1. Strategi Penilaian Hasil Belajar
Penilaian yaitu proses mengumpulkan informasi melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterprestasi bukti-bukti hasil pengukuran (Permendikbud 81A tahun 2013). Adapun, pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 (perubahan PP Nomor 19 tahun 2005) wacana Standar Nasional Pendidikan bahwa evaluasi pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: evaluasi hasil mencar ilmu oleh pendidik; evaluasi hasil mencar ilmu oleh satuan pendidikan; dan evaluasi hasil mencar ilmu oleh Pemerintah. Berdasarkan pada PP Nomor 32 tahun 2013 dijelaskan bahwa evaluasi hasil mencar ilmu oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan mencar ilmu dan perbaikan hasil mencar ilmu siswa secara berkelanjutan yang dipakai untuk menilai pencapaian kompetensi siswa, materi penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Sedangkan fungsi evaluasi hasil belajar, sebagai berikut:
a. Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
b. Umpan balik dalam perbaikan proses mencar ilmu mengajar.
c. Meningkatkan motivasi mencar ilmu siswa
d. Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.

Kurikulum 2013 mengutamakan ketercapaian kompetensi secara utuh. Hal itu akan berimplikasi pada perlunya sistem evaluasi yang utuh. Kompetensi utuh tersebut meliputi tiga aspek penting yaitu penguasaan pengetahuan, pengetahuan dalam praktik atau keterampilan, dan perubahan sikap.

Penilaian kompetensi secara utuh, yang meliputi aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) dilakukan dengan meng gunakan pendekatan evaluasi autentik. Penilaian autentik merupakan evaluasi yang dilakukan secara utuh dan komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian autentik mempunyai relevansi kuat terhadap pendekatan sainti?k (scienti?c approach). Penilaian autentik bisa menggambarkan pencapaian hasil mencar ilmu siswa, alasannya yaitu bekerjasama dengan pengalaman pembelajaran yang didapat siswa, ibarat mengamati, meneliti, mencoba, menulis, merevisi, dan membahas artikel, menalar, memperlihatkan analisa ekspresi terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama melalui debat, maupun mengomunikasikan. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kontekstual, sehingga memungkinkan siswa untuk memperlihatkan kompetensi mereka.

Hasil evaluasi autentik sanggup dipakai oleh pendidik untuk merencanakan acara perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil evaluasi autentik sanggup dipakai sebagai materi untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.

Adapun seni administrasi evaluasi hasil mencar ilmu setiap mata pelajaran, yaitu sebagai berikut.
a. Satuan pendidikan memutuskan pola patokan. Semua kompetensi hendaknya dinilai dengan memakai pola patokan menurut indikator hasil mencar ilmu dan ditetapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
b. Siswa bisa mencar ilmu tuntas untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4) Siswa tidak diperkenankan melanjutkan kompetensi berikutnya sebelum bisa menuntaskan kompetensi yang diajarkan dengan hasil yang baik. Siswa sanggup mencar ilmu apapun, hanya waktu yang dibutuhkan berbeda. Siswa yang mencar ilmu lambat perlu waktu lebih usang untuk konten/materi yang sama, dibandingkan siswa pada umumnya.
c. Sistem evaluasi yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian alhasil dianalisis untuk menentukan Kompetensi Dasar yang telah tercapai dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa. 
d. Sistem evaluasi harus diubahsuaikan dengan pengalaman mencar ilmu yang ditempuh siswa dalam proses pembelajaran. Misalnya, kalau pembelajaran memakai pendekatan kiprah observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses contohnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melaksanakan observasi lapangan.
e. Hasil evaluasi dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, acara remedi bagi siswa yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan acara pengayaan bagi siswa yang telah memenuhi ketuntasan.

Mekanisme dan mekanisme evaluasi pada mata pelajaran dilaksanakan oleh pendidik dan satuan pendidikan berupa evaluasi proses (autentik), evaluasi diri, evaluasi proyek, dan evaluasi praktek, baik untuk ujian tingkat kompetensi, ujian selesai semester, dan ujian sekolah.

2. Bentuk Penilaian Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap 
Penilaian hasil mencar ilmu siswa meliputi kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara utuh dan komprehensif. Cakupan evaluasi merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran, dan proses. Adapun bentuk dan teknik evaluasi sanggup mengacu pada silabus, alasannya yaitu di dalam silabus telah ditentukan jenis dan teknik evaluasi untuk ketercapaian setiap Kompetensi Dasar (KD). Pada mata pelajaran Prakarya bentuk dan teknik evaluasi yang dipakai untuk evaluasi kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai berikut.
a. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
  • Pada mata pelajaran Prakarya guru menilai kompetensi pengetahuan melalui tes ekspresi dan penugasan.  
  • Penilaian penugasan berupa pengamatan atau curah pendapat yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
b. Penilaian Kompetensi Keterampilan Guru menilai kompetensi keterampilan melalui evaluasi kinerja, yaitu evaluasi yang menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan memakai evaluasi praktik, proyek, dan evaluasi portofolio. Instrumen yang dipakai berupa daftar cek atau skala evaluasi (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
  • Penilaian praktik yaitu evaluasi yang menuntut respon berupa keterampilan melaksanakan suatu aktivitas, pembuatan karya/produk atau sikap sesuai dengan tuntutan kompetensi. 
  • Proyek yaitu tugas-tugas mencar ilmu (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun ekspresi dalam waktu tertentu serta evaluasi karya/produk yang dihasilkan.
c. Penilaian Kompetensi Sikap
Guru melaksanakan evaluasi kompetensi sikap melalui observasi, evaluasi diri, evaluasi antarsiswa (peer evaluation), dan jurnal. Instrumen yang dipakai untuk observasi, evaluasi diri, dan evaluasi antarsiswa yaitu daftar cek atau skala evaluasi (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
  • Observasi merupakan teknik evaluasi yang dilakukan secara berkesinambungan dengan memakai indra, baik secara eksklusif maupun tidak eksklusif dengan memakai pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator sikap yang diamati. 
  • Penilaian diri merupakan teknik evaluasi dengan cara meminta siswa untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang dipakai berupa lembar evaluasi diri.
  • Penilaian antarsiswa merupakan teknik evaluasi dengan cara meminta siswa untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang dipakai berupa lembar evaluasi antarsiswa.
  • Jurnal merupakan catatan guru di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan wacana kekuatan dan kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
Instrumen evaluasi dalam melaksanakan evaluasi Prakarya, harus memenuhi persyaratan berikut.
  1. Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai.
  2. Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan.
  3. Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

    Download Buku Guru Prakarya Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Guru Prakarya Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018 ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    Buku Guru Prakarya Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018



    Download File:
    Buku Guru Prakarya Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018.pdf

    Untuk Buku Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas IX (9) Kurikulum 2013 Revisi tahun 2018 mata pelajaran lainnya (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, Matematika, PPKn, Prakarya dan lain-lain), silahkan lihat dan download pada link di bawah ini:
    Buku Guru Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2018

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Guru Prakarya Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018. Semoga bisa bermanfaat.
    Advertisement